Sesampainya di rumah, Ariel masuk ke Wayang Base. Ia menaruh Waysteel Digital Memory ke dalam sebuah kotak kecil, yang mana kotak tersebut tersambung dengan selang yang menempel pada sebuah tabung kaca besar. Kemudian ia menekan tombol merah yang ada pada kotak itu.
Selang yang tersambung pada kotak tersebut mengeluarkan cahaya terang. Cahaya itu menyinari Waysteel Digital Memory, membuatnya mengeluarkan serpihan-serpihan `holograpichal` yang kemudian masuk ke dalam selang.
Tidak lama setelahnya, serpihan-serpihan holograpichal itu berkumpul di dalam tabung kaca, lalu membentuk sebuah pakaian pelindung berwarna dominan hitam: Armor `Waysteel` milik Ariel.
Ariel lalu menekan tombol biru yang ada di tabung kaca.
Sinar putih langsung keluar dari atas tabung, menyinari armor.
Tak berselang lama, goresan-goresan yang ada pada armor berangsur-angsur pulih, hingga hilang sama sekali.
Setelah itu, Ariel keluar dari tempat tersebut menuju kamarnya. Di kamarnya, ia duduk-duduk di kasur, melepas lelah.
Beberapa saat kemudian, Maritha datang sambil membawa segelas susu hangat.
“Tuan Ariel, kok pintu kamarnya nggak dikunci?” tanya Maritha.
“Lupa,” jawab Ariel.
“Orang-orang yang bikin pesta kacau tadi bener-bener keterlaluan! Nggak tahu apa kalo bikinnya susah?!” kata Maritha kesal. “Ngomong-ngomong, tadi saya liat tuan ngejar salah satu dari mereka. Sampe mana?”
“Sampe pabrik tua,” jawab Ariel. “Oh iya, mbak, kakak masih hidup.”
“Apa???” Maritha membelalak.
“Saya baru aja ngelawan dia. Dia kuat banget, mbak.”
“Tapi gimana bisa Tuan Rieft masih hidup??”
Ariel memegang pundak Maritha dan menatap matanya. “Mbak, di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin kalo Tuhan berkehendak. Kakak emang betul masih hidup! Tapi kayaknya dia kena pengaruh cuci otak. Masa iya dia tega ngelawan saya??”
“Cuci otak??” Maritha mengernyitkan dahinya.
“Iya mbak. Dia jadi nggak kenal siapa saya,” ucap Ariel.
“Tapi siapa yang ngelakuin itu??” tanya Maritha.
“Dark Rhapsody, organisasi penyembah setan. Baru Strong sama Hanzo aja yang saya kenal. Dan yang ngacauin pesta tadi Hanzo sama anak buahnya,” jawab Ariel.
“Strong sama Hanzo??”
“Ya. Dan Hanzo yang bikin putus tangan kakak 13 tahun yang lalu.”
“Tapi saya ngerasa ada yang aneh. Kenapa Dark Rhapsody ngelakuin semua itu, sementara dulu dia udah nyelakain Tuan Rieft?”
“Saya rasa Dark Rhapsody punya tujuan tertentu. Salah satunya, manfaatin kakak. Tangan kakak yang udah putus aja sekarang udah berganti jadi tangan aneh, bentuknya kayak tangan `monster`.” Ariel kemudian mengambil susu yang diletakkan Maritha di atas meja dan meminumnya.
“Terus apa rencana Tuan Ariel selanjutnya?” tanya Maritha.
“Saya akan hancurkan penjahat kayak Dark Rhapsody dan ngelepasin pengaruh cuci otak kakak, apapun caranya!” jawab Ariel.
=***=
Markas Dark Rhapsody, Sabtu 02 Mei 2020, pukul 00:30 WIB.
Di salah satu ruangan, Hanzo berdiri menatap X-Storm yang ada di dalam tabung kaca berisi air warna biru. Di ruangan itu, ia ingat ketika Ratu Gagak memperlihatkan proyeknya.
-Flashback-
Kala itu Ratu Gagak mengajak Hanzo dan Strong ke ruangan khusus yang ada di markas Dark Rhapsody untuk memperlihatkan sesuatu.
Sesampainya di ruangan itu, Hanzo dan Strong langsung membelalak ketika melihat seorang bocah yang ada di dalam tabung kaca berisi air biru yang ditunjukkan Ratu Gagak.
“D-d-dia kan-”
Kata-kata Strong terputus begitu kakinya diinjak oleh Hanzo.
“Kenapa?” tanya Ratu Gagak.
“Ratu Gagak, saya izin sebentar ya, mau ngomong sesuatu sama Strong,” kata Hanzo.
“Mau ngomongin apa?” tanya Ratu Gagak.
“Ngomongin hutang,” jawab Hanzo.
“Oke,” balas Ratu Gagak.
Hanzo memegang bahu Strong lalu membawanya menjauh dari Ratu Gagak.
“Kamu jangan sampai bilang ya kalo anak yang ada di dalam tabung itu anak yang kita habisi kemarin!” bisik Hanzo.
“Iya, tapi jangan main injak kaki saya gitu dong!” balas Strong.
“Habisnya kamu hampir saja bilang tadi, hampir keceplosan. Pokoknya, jangan sampai Ratu Gagak tahu, oke? Bisa habis kita sama dia.” Hanzo kembali berbisik.
Strong mengangguk. “Tenang saja.”
Setelah itu, Hanzo dan Strong kembali berdiri di dekat Ratu Gagak.
“Sudah?” tanya Ratu Gagak pada Hanzo.
“Sudah, Ratu,” jawab Hanzo.
“Jadi, itulah proyek `Ksatria Rhapsody` yang dulu pernah saya bilang, sekarang sudah terwujud. Otak anak itu sudah saya cuci, agar cuma tunduk pada perintah Dark Rhapsody,” kata Ratu Gagak.
“Ngomong-ngomong, darimana Ratu Gagak mendapatkan anak itu?” tanya Hanzo.
“Pas saya jalan-jalan, saya nemuin dia,” jawab Ratu Gagak. “Saya nolong dia yang lagi diserang binatang buas. Kebetulan banget tangan kirinya buntung, cocok sama proyek Ksatria Rhapsody saya. Yaudah saya bawa pulang.”
“Ooh….” Hanzo mengangguk pelan. “Tahu gitu saya biarkan saja Strong keceplosan tadi,” keluhnya dalam hati.
Setelah itu, Ratu Gagak berjalan menghampiri tabung kaca (yang di dalamnya ada seorang bocah), mengeluarkan bocah di dalamnya, lalu memakaikannya pakaian.
Bocah itu sudah siap sekarang.
“Hebat … Tangan kirinya yang putus sekarang berganti jadi tangan kiri yang keren,” ucap Hanzo kagum melihat bocah itu yang berdiri beberapa langkah di hadapannya.
“Siapa namamu?” tanya Ratu Gagak pada bocah itu.
“Aku X-Storm,” jawab sang bocah.
“Hahahahaha… bagus bagus,” tawa Ratu Gagak. “X-Storm singkatan dari Bahasa Inggris Xtraordinary Storm, artinya badai luar biasa. Saya mau dia sekuat badai yang luar biasa.”
“Wow! Namanya keren!!” ucap Strong.
X-Storm memegang bandul kalung yang melingkar di lehernya.
“I-ini …,” gumam X-Storm. “Ayah ….” Tiba-tiba ia mengingat sesuatu.
Beberapa saat kemudian, X-Storm memegangi kepalanya. Kepalanya terasa sakit sekali hingga ia berteriak-teriak, beberapa kali menyebut kata “Ayah”.
Ratu Gagak panik. Ia berusaha menenangkan X-Storm, tapi sia-sia.
Sampai akhirnya, Hanzo mengambil kalung yang melingkar di leher X-Storm, kemudian memukul tengkuk X-Storm hingga bocah itu pingsan.
“Kenapa dia, Hanzo?” tanya Ratu Gagak.
“Ada yang aneh setelah dia melihat kalung ini,” jawab Hanzo seraya menunjukkan kalung milik X-Storm yang dipegangnya. “Ini kan kalung Eternal, kalung termahal, cuma ada satu di dunia. Kenapa dia pusing setelah melihat kalung ini, ya?”
“Coba kamu periksa kenapa dia begitu!” perintah Ratu Gagak.
Hanzo lalu memperhatikan kalung yang dipegangnya dan juga mata X-Storm secara seksama, setelah itu memejamkan mata dan berkonsentrasi.
Beberapa saat kemudian, Hanzo kembali membuka matanya.
“Kalung ini bahaya!” ucap Hanzo. “Kalung ini bisa melepas Pengaruh cuci otaknya, karena ada momen penting yang bisa dia ingat kalo melihat kalung ini. Kalung ini peninggalan ayahnya yang sudah meninggal.”
“Jadi gimana? Saya lupa lepas kalung itu pas cuci otak dia, soalnya saya nggak tahu.”
“Gimana kalo kalung ini buat saya saja! Bahaya kalo masih ada di dia.”
“Oke!” balas Ratu Gagak.
“Licik kamu, Hanzo,” selak Strong. “Kalung kayak gitu saya juga mau.”
“Hahahaha… Siapa cepat dia dapat!” ujar Hanzo.
Tiba-tiba, X-Storm yang tadi pingsan kembali bangun dan menanyakan kalungnya. Hanzo langsung menjelaskan pada X-Storm kalau kalung itu berbahaya untuknya, dan kalung itu sekarang jadi milik Hanzo. X-Storm pun mengiyakannya.
Akan tetapi, apa yang dilakukan Hanzo tidak membantu banyak. Ingatan X-Storm sering ingin kembali lagi secara mendadak. Tentu saja itu membuat Dark Rhapsody kerepotan. Begitu X-Storm dewasa dan selesai dilatih oleh Dark Rhapsody, ia tetap mengalami hal yang sama: Sakit kepala dan ingatannya ingin kembali.
Hal tersebut membuat Ratu Gagak gerah dan akhirnya menciptakan sebuah alat berbentuk kaca yang jika X-Storm sakit kepala dan ingatannya ingin kembali, kaca itu akan bergetar serta memunculkan gambar dimana lokasi X-Storm. Dan, hanya dengan satu mantera saja, X-Storm akan terteleportasi ke tempat si pemegang kaca untuk kemudian dicuci kembali otaknya di dalam tabung kaca. Ratu Gagak mempercayakan Hanzo sebagai pemegang kaca itu.
-Flashback selesai-
Dan sekarang, hal itu dimanfaatkan oleh Hanzo untuk menyerang Ariel. Dengan kekuatannya, dia bisa tahu kalau Ariel ialah adik dari X-Storm yang ternyata adalah `Rieft Sadewa`. Bagi Hanzo, kekuatan dan kelemahan sejati manusia terletak pada hatinya. Maka dari itu, dia menyerang hati Ariel dengan caranya sendiri. Ia ingin membuat Ariel lemah, setelah itu akan lebih mudah diserang. Baginya, tak mengapa kehilangan kalung Eternal, asal tugasnya terselesaikan dengan sempurna.
=***=
Univ. Cahaya Sakti, Senin 04 Mei 2020, pukul 06:30 WIB.
“Kyaaaahh Arieeell!!!”
“Arieeeelll!!!”
Para gadis menjerit histeris tatkala Ariel mendribble bola basket ke gawang lawan, dan kemudian memasukkannya ke dalam keranjang.
“KYAAAAHHH!!!” Para gadis kembali menjerit histeris, kali ini lebih keras.
“Norak amat sih tuh cewek-cewek!? Baru pertandingan biasa aja sampe segitunya,” kata Priska yang kebetulan lewat bersama dua orang temannya, Dhinda dan Jenny.
“Tapi Ariel emang keren tahu, Pris, maen basketnya. Nggak ada satupun orang yang bisa ngerebut bola dari dia,” ucap Dhinda.
“Jangan-jangan lo suka lagi Dhin sama si Ariel?!” tebak Jenny.
“Jenny… Aku tuh cuma kagum sama dia. Lagian kita nggak harus ngebenci dia juga kan? Sekali-kali baik sama dia nggak ada salahnya. Lagipula kita juga udah diundang ke ultahnya dia,” jawab Dhinda.
“Lo kalo suka jujur aja, Dhin. Nggak usah banyak banyak alesan!” ucap Jenny dengan nada sarkastik.
“Sekali lagi, gue cuma kagum! Ngerti?” tepis Dhinda.
“Ck!” Priska mendesah. “Udah-udah! Mendingan kita ke mading yuk! Gue mau liat hasil ujian praktek waktu itu.”
“Yaudah yuk!” timpal Jenny.
Dan mereka bertiga pun pergi dari tempat itu menuju mading.
Di mading…
“Gue dapet nilai berapa yaa…?” ucap Priska, seraya melihat-lihat nilai yang tertulis pada sebuah kertas yang tertempel di mading.
Tak lama, Priska menemukan namanya di kertas itu.
“Nah, ini gue nih. Nilainya 9,5.” ucap Priska. “Yaaahh tapi peringkat kedua.” keluhnya. “Peringkat pertamanya … A.. ARIEEELL!!!” teriaknya terkejut begitu ia melihat nama `Ariel Sadewa` ada diatas namanya dengan nilai `10`.
“Lo kenapa Pris??” tanya Jenny.
“Ariel dapet peringkat pertama ujian praktek, terus nilainya 10 pula,” jawab Priska.
“Coba liat!” Jenny kemudian ikut melihatnya. “Eh, iya nih!” ucapnya, ia tersentak setelah melihat kertas hasil ujian praktek tersebut. “Dia lagi, dia lagi…”
“Gue heran sama tuh anak! Ini bisa. Itu bisa. Dari planet mana sih dia??” keluh Priska.
Di kelas, Priska pun dibuat kesal. Setiap ia menjawab pertanyaan yg diajukan Dosen, jawabannya selalu dibetulkan oleh Ariel yg baginya amat sangat sok tahu.
Hingga ketika jam istirahat tiba, Priska menghampiri Ariel yang tengah berdiri di dekat lapangan, menonton anak-anak latihan basket.
“Heh! Jangan bangga ye, Riel, sama semua kemampuan yang lo punya!” kata Priska.
“Buat apa banggain hal wajar?” balas Ariel dingin. Tatapan matanya yang datar hanya menatap ke depan, tidak menatap lawan bicaranya sedikitpun.
“Halah, gue NGGAK PERCAYA!” Priska meninggikan nada bicaranya pada kalimat `NGGAK PERCAYA`. “Dan satu lagi, jangan lo pikir dengan lo ngundang gue di acara ultah lo dan lo nolong gue semalem, gue bakal simpatik gitu aja sama lo!? Asal lo tahu, cowok baru gue jauh lebih hebat dibanding lo! Dia itu dokter. Dia ganteng, jenius, pinter berantem, ramah, baik hati, terus nggak sombong! Temennya banyak, lagi! Nggak kayak lo. Lo punya temen aja nggak!”
“Seenggaknya … Saya nggak bergantung sama siapa-siapa,” balas Ariel dengan nada dingin seperti tadi.
“Haha! Hidup lo tuh pasti kesepian abis!”
“Nggak tuh. Kalo cuma pacar, saya juga punya. Dan dia, jauh lebih baik dibanding kamu.”
“Apa??” Priska terkekeh. “ `Manusia kulkas` kayak lo gimana bisa punya pacar?? Nggak percaya deh gue!”
“Perlu bukti?” tanya Ariel.
“Oke! Lo tunjukkin pacar lo itu ke gue! Gue juga bakal tunjukkin pacar gue ke elo! Kita Double Date! Gimana?” tantang Priska.
“Boleh,” jawab Ariel.
“Nanti malem, lo gue tunggu di bangku taman kota. Kalau elo sampe nggak dateng, lo akan gue cap tukang BULLSHIT! Dan bakal gue umumin ke seluruh anak-anak kampus!” ujar Priska.
“Setuju!” balas Ariel.
“Oke! Gue tunggu nanti malem! Jam 8!”
Sepulangnya dari kampus, Ariel pergi ke sebuah apartemen mewah yang ada di Kota Sheraton. Tujuannya adalah kamar nomor 69.
Begitu sampai tujuan, Ariel menekan bel kamar itu.
Tak lama, dari dalam kamar, keluarlah sesosok gadis berambut panjang sebahu dengan pakaian lengan buntung berwarna oranye. Ia memiliki mata yang `indah` dengan warna biru. Hidungnya yang mancung membuat parasnya semakin elok. Bibirnya yang dibalut lipgloss pink memberikan kesan sensual. Apalagi kulitnya putih mulus, membuat siapapun betah memandangnya.
“Ariel??” Gadis itu terkejut. “Yuk masuk!”
Ariel pun masuk mengikuti gadis itu.
Namun, Ariel bukanlah satu-satunya tamu di kamar tersebut. Ada pemuda lain tengah duduk di atas sofa empuk berwarna hitam.
Tak lama, pemuda berbadan kekar dan berambut `mohawk` itu berdiri dari sofa. Ia mendekati gadis yang tadi membukakan pintu untuk Ariel.
“Leira, aku pergi dulu ya?! Ada urusan,” ucapnya.
“Oh, yaudah. Hati-hati yaa…,” balas si gadis, yang diketahui bernama `Leira`.
Pemuda itu kemudian keluar.
“Ayo, Riel, duduk!” kata Leira.
Ariel pun duduk di sofa empuk berwarna hitam tersebut.
“Bentar ya, Riel, aku bikinin minum dulu,” ucap Leira. Ia Lalu pergi dari hadapan Ariel menuju ruangan lain.
Tak lama, Leira kembali sambil membawa segelas es jeruk.
“Oh iya, ada perlu apa Riel kesini??” tanya Leira yang kemudian menghidangkan es jeruk itu pada Ariel dan ikut duduk. “Aku kira kamu nggak bakalan kesini lagi.”
“Saya mau minta tolong, boleh?”
“Boleh boleh. Biarpun kamu sama aku udah nggak ada hubungan apa-apa, tapi aku bersedia nolong kamu. Ngomong-ngomong, mau minta tolong apa?” tanya Leira.
“Sebelumnya, cowok yang tadi itu siapa? Kok kamu berduaan disini sama dia? Nggak takut diapa-apain?” Ariel balik bertanya.
“Cowok yang barusan duduk disini? Itu pacar aku,” jawab Leira.
“Ooh. Kirain siapa.”
“Jadi? Mau minta tolong apa?”
“Saya cuma mau minta tolong sama kamu buat pura-pura jadi pacar saya.”
“Apa?? Pura-pura jadi pacar??” Leira terkejut, kemudian tertawa kecil. “Hahaha… Ariel… Ariel. Kamu tuh ada-ada aja. Emang buat apa aku pura-pura jadi pacar kamu?”
“Kamu nggak mau?” tanya Ariel.
“Bukannya begitu, Riel… Aku cuma ngerasa aneh plus lucu aja. Ini bukan kamu yang biasanya,” jawab Leira.
“Saya ditantang sama temen sekampus buat double date. Makanya saya minta tolong sama kamu,” ucap Ariel.
“Double Date?”
Ariel mengangguk.
Leira menatap mata Ariel lekat-lekat. “Ariel… Jangankan pura-pura, beneran jadi pacar kamu lagi juga aku mau. Aku masih sayang Riel sama kamu, biarpun sekarang aku udah punya pacar. Jujur, aku ngerasa nggak sanggup kehilangan kamu. Aku rela mutusin cowok yang tadi itu demi kamu.”
Ariel hanya diam.
“Riel … Apa kamu mau balikan sama aku?” tanya Leira.
3 detik kemudian, Ariel menjawab dengan nada dingin, “Nggak. Saya kesini cuma mau minta tolong aja sama kamu, nggak lebih.”
Leira tertunduk. “Oh, nggak mau ya..? Yaudah, nggak apa-apa,” ucapnya lirih.
“Nanti malem saya tunggu jam 8 di taman kota.” Ariel kemudian beranjak dari bangkunya. “Permisi.”
Saat Ariel pergi, Leira meneteskan air mata. “Ariel … Aku masih sayang sama kamu. Sayaangg banget!” gumamnya.
Malam harinya…
Ariel dan Priska sudah ada di taman kota. Mereka duduk di bangku panjang warna cokelat yang terbuat dari kayu dekat patung pancoran.
Priska asyik bermain game di handphonenya. Sementara Ariel, membaca buku pelajaran kampus.
Ariel memakai style serba hitam seperti biasa. Baju berbahan kulit yang lumayan ketat yang dibalut jaket hijam panjang. Ia mengenakan celana panjang hitam serta sepatu pantovel berwarna senada.
Sedangkan Priska, mengenakan kaos berlengan panjang warna putih dengan balutan sweater merah lengan buntung dan hotpants biru batas paha. Ia mengenakan sepatu high heels warna merah. Lipgloss pink tak ketinggalan menghiasi bibirnya.
Tak lama kemudian…
“Arieell..!!!” Dari kejauhan, Leira melambai-lambaikan tangan pada Ariel.
Ariel segera berhenti dari aktifitasnya membaca, lalu berdiri.
Leira kemudian menghampiri Ariel.
Baju kaos putih yang dibalut dengan sweater tipis warna hitam, membuat Leira tampak seksi. Terlebih, rok mini hitam yang ia kenakan, menambah keseksian tubuhnya. Bibirnya dibalut oleh lipgloss warna oranye yang membuatnya terlihat cantik dan sensual.
Rambut panjangnya dibiarkan tergerai dan dihiasi oleh jepitan kupu-kupu.
“Lama nggak nunggunya?” tanya Leira.
“Nggak kok. Cuma telat 3 menit,” jawab Ariel. “Oh iya, Pris, ini dia pacar saya. Kenalin!”
Priska berdiri, dan kemudian menyambut tangan Leira yang disodorkan Ariel ke arahnya.
“Giiila! Cakep banget! Jadi minder gue,” gumam Priska.
“Leira..,” ucap Leira sambil menjabat tangan Priska.
“Priska,” balas Priska.
Setelah beberapa saat, seorang pemuda tinggi kekar datang menghampiri Priska, Ariel, dan Leira.
“Maaf Pris kalo telat,” ucap pemuda berkaos merah serta bercelana jeans biru itu.
“Oh iya, kenalin nih pacar gue,” kata Priska.
Ekspresi Ariel mendadak terkejut. “Itu pacar kamu??”
“Ya iyalah! Kenapa? Ganteng ya? Jelas dong!” balas Priska.
Ariel hanya diam. Sesekali ia menatap pacar Priska itu dengan sinis. Karena ternyata pacar Priska tersebut adalah pemuda yang ada di apartemen Leira tadi siang.
Pemuda itu lalu menyodorkan tangannya pada Leira.
Leira menyambut tangan pemuda itu.
“Leeboy,” ucap si pemuda.
“Leira,” balas Leira.
Lalu, Leeboy menyodorkan tangannya pada Ariel.
Ariel menatap Leeboy dengan sinis. Beberapa detik setelahnya, barulah ia menyambut tangan pemuda tersebut.
“Leeboy,” kata Leeboy.
“Ariel,” balas Ariel dengan pandangan acuh.
Ariel kemudian menarik tangan Leira.
“Ada apa, Riel?” tanya Leira.
“Disana ada bazaar,” jawab Ariel seraya menunjuk ke arah bazaar yang berada di dekat komedi putar. “Saya mau ngajak kamu kesana.”
“Ayo deh,” kata Leira.
Ariel dan Leira pun berjalan ke arah bazaar.
Akan tetapi, baru beberapa langkah saja, Leira berhenti, kemudian membalikkan badannya ke belakang. “Priska! Leeboy! Ayo ikut!” ajaknya.
Leeboy menatap Priska, dan kemudian berdiri berbarengan.
“Yuk!” ajak Priska sambil memandang Leeboy.
Leeboy memegang tangan Priska. Lalu mereka berdua berjalan menghampiri Leira.
Akhirnya, mereka berempat berjalan-jalan melihat bazaar.
Beberapa lama kemudian…
“Riel, kaki aku capek nih!” keluh Leira.
“Yaudah, istirahat dulu.” Ariel membawa Leira menuju bangku terdekat, lalu mempersilahkannya duduk.
Priska dan Leeboy mengikuti.
“Ngomong-ngomong pada mau dibeliin minum nggak?” tanya Leeboy.
“Boleh deh,” jawab Priska.
“Boleh boleh.” Leira tersenyum.
Sementara Ariel, ia menatap Leeboy dengan sinis.
Leeboy kemudian pergi dari hadapan mereka.
“Saya juga mau beliin kalian minum. Kalian tunggu disini!” kata Ariel. Ia lalu berjalan mengikuti Leeboy.
Priska mengernyitkan dahinya. “Lho??”
“Oh iya, Pris, Ariel kan temen kampus kamu, dia itu gimana kalo di kampus?” tanya Leira.
Priska tersentak. “Lho kok tahu kalo Ariel temen kampus aku?”
“Ariel yang ngasih tahu. Dia bilang kalo dia mau Double Date sama temen kampusnya malem ini,” jawab Leira.
“Ooh… Hu’um.” Priska mengangguk. “Aku temen kampusnya. Aku yang ngajakin dia Double Date.”
“Dia itu gimana sih orangnya kalo di kampus?” Leira mengulangi pertanyaannya yang tadi.
Priska menjawab, “Dia itu nyebelin.”
Leira tertawa kecil. “Hah?? Nyebelin?? Nyebelin gimana dia?
“Soalnya dia ngalahin aku sama temen-temen aku dalam segala, apalagi rata-rata hal itu yang aku sama temen-temen aku senengin.”
“Contohnya?”
“Banyaaakk deh pokoknya.”
“Cuma itu aja yang bikin kamu bilang dia itu nyebelin?”
“Ada lagi sih sebenernya.”
“Apa tuh?”
“Tapi nanti kamu marah nggak?”
“Hahaha… Nggak, tenang aja.”
“Oke.”
Priska pun menceritakan banyak hal tentang Ariel pada Leira, sampai akhirnya mereka berdua terlarut dalam obrolan dalam jangka waktu yang cukup lama.
“Oh iya, Ariel sama cowokku kemana, ya? Kok beli minum aja lama banget?” kata Priska, risau.
“Nggak tahu tuh.” kata Leira.
“Mending kita cari aja, yuk!” Priska lalu berdiri.
“Yuk!” balas Leira yang kemudian berdiri juga.
Dan mereka berdua pun pergi mencari Ariel dan Leeboy.
Tak lama, Leira melihat keramaian di suatu tempat, tidak jauh dari tempat ia berdiri.
“Eh Pris, ada apaan sih itu? Kok rame banget??” katanya
Dahi Priska mengernyit. “Nggak tahu juga deh.”
“Coba kita liat, yuk!” ajak Leira.
Priska mengangguk.
Lalu mereka berdua pergi ke kerumunan tersebut. Priska mengajak Leira menyelak, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Betapa terkejutnya Priska dan Leira begitu melihat Ariel dan Leeboy tengah berkelahi. Saat itu, posisi Leeboy tengah didesak di tanah oleh Ariel dan dipukuli.
“Ariel!! Leeboy!!” teriak Priska. “Ada apa sebetulnya??” Ia kemudian menarik Ariel yang sedang mendesak Leeboy, setelah itu membantu Leeboy berdiri.
Wajah Leeboy sudah berlumuran darah dan babak belur. Sementara Ariel hanya berdarah pada bagian bibir.
“Riel, lo tuh bener-bener nyebelin, ye??” ujar Priska seraya menatap Ariel. Saat itu, Leira menghampiri Ariel.
Leira lalu mengeluarkan tisu dari kantung celananya, mengambilnya selembar, kemudian mengelap luka di bibir Ariel.
“Lo bukan cuma nyebelin di kampus. Dimanapun lo tetep nyebelin! Lo tahu, lo itu udah ngerusak acara kencan kita, tahu nggak!?” Priska melanjutkan kalimatnya. Setelah itu, ia mengambil sapu tangan dari saku sweaternya untuk mengelap luka di wajah Leeboy. “Kamu nggak apa-apa kan, sayang?” tanyanya pada Leeboy.
“Pris, ayo kita pulang aja!” ajak Leeboy.
“Tapi-”
Kata-kata Priska terputus begitu Leeboy menarik lengannya untuk pergi dari tempat itu.
Akan tetapi, baru beberapa langkah saja Leeboy berjalan, Ariel menarik lengannya, dan…
BUAGH!
Ia meninju pipi Leeboy hingga Leeboy jatuh terjerembab.
“Jangan pernah kamu sentuh-sentuh Priska lagi!” seru Ariel sambil menatap Leeboy. Ia lalu menarik tangan Priska, membawanya pergi dari kerumunan orang-orang yang ada disana.
Priska berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Ariel tetapi tidak bisa. Tenaga Ariel begitu kuat.
Setelah sampai di tempat yang jauh dari kerumunan banyak orang, Ariel baru melepaskan tangan Priska.
“Dasar lo cowok nyebelin! Maksud lo tuh apa sih sebenernya??” maki Priska.
Ariel hanya diam. Sementara Priska melanjutkan kata-katanya.
“Asal lo tahu ye, ini tuh kencan pertama gue sama cowok gue! Dan lo udah ngerusak semuanya! Kenapa sih lo pake berantem sama cowok gue? Kenapa, hah?? KENAPA???”
“Karena dia cowok yang nggak baik buat kamu,” jawab Ariel.
“Cowok yang nggak baik buat gue??” Mata Priska menyipit berbahaya. “Cowok yang nggak baik gimana tuh maksud lo??”
Ariel kembali diam, sebelum akhirnya Priska memukul-mukuli dadanya sambil terus meracau.
“Lo itu jahat! Cuma hari ini gue bisa kencan sama Leeboy. Bisa ngelepas kangen dan seneng-seneng sama dia. Tapi akhirnya malah kayak gini. Rusak deh semuanya. Lo itu jahat, tahu nggak?!” Air mata menetes dari pelupuk mata Priska, ia terisak dan masih memukul-mukuli dada Ariel dengan kedua tangannya.
Ariel lalu menangkap tangan Priska, kemudian menggenggam kedua jemarinya, seraya berkata, “Priska, tenang, Pris. Tenang dulu.” Ia menatap mata Priska dengan seksama.
“Tenang gimana, Riel? Gue … Gue … Ihik ihik!” Priska kembali terisak. “Kenapa sih elo ngelakuin ini, hah?? Kenapa??”
“Karena Leeboy selingkuh sama cewek lain,” jawab Ariel.
“Apa??” Priska tersentak. “Itu pasti nggak mungkin! Lo pasti boong kan, Riel? Lo boong kan?”
“Nggak,” jawab Ariel. “Asal kamu tahu, Pris, saya nggak akan mungkin mukul orang kalo orang itu nggak salah. Pantang dalam kamus hidup saya. Kalo kamu nggak percaya, terserah.”
“Tapi dia selingkuh sama siapa??” tanya Priska dengan dahi mengernyit.
“Leira,” jawab Ariel.
“Hah???” Priska tercekat. Jantungnya berhenti sesaat dan matanya melotot. “E-elo serius?? Bukannya Leira itu pacar lo?? K-kok bisa?? Ini aneh banget! Nggak nggak. Ini nggak mungkin!”
“Ini mungkin,” balas Ariel. “Tadi pas lagi nyari minum, saya sempet tanya sama Leeboy tentang hubungan kalian. Kata Leeboy, dia cuma disuruh kamu pura-pura jadi pacarnya. Dia itu nggak nganggap kamu siapa-siapanya. Yaudah saya langsung hajar aja orang kayak gitu. Sampe akhirnya kita berantem… Saya rasa, Leeboy sama Leira udah kerjasama. Makanya tadi mereka pura-pura nggak kenal.”
Hati Priska benar-benar sakit mendengarnya, seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Ia kembali meneteskan air mata.
“Kalo itu bener, berarti mereka udah jahat banget! Maksud mereka sebenernya tuh apa?? Terus kenapa lo nggak daritadi bilangnya pas pertama kali Leeboy dateng??” kata Priska.
“Karena saya masih ngormatin kamu sama Leira,” ucap Ariel. “Kalo saya ngomong itu pas ada kalian, acara kita bisa rusak.”
Priska menggeleng. “Percuma, Riel. Acaranya udah terlanjur rusak.”
“Kalo kalian nggak nemuin kita, acaranya nggak mungkin rusak,” ucap Ariel.
“Terserah lo deh. Capek gue ngomong sama lo,” kata Priska dengan nada pasrah. “Oh iya, kenapa lo berantem sama Leeboy karena Leeboy bilang gue itu cuma pacar pura-puranya?? Seolah elo tuh … Elo ngebela dan percaya banget sama gue. Kenapa, Riel??” Ia lalu menatap mata Ariel.
Ariel terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, “Pertanyaan yang nggak bisa saya jawab.”
Priska menatap wajah Ariel. Menatapnya dalam-dalam. “Oke kalo gitu. Gue pulang dulu. Permisi.” Ia kemudian pergi meninggalkan Ariel dengan wajah muram.
=***=
Part 4 End
Minggu besok gax terbit dulu, dikarenakan Author’nya ada tugas kampus. terbit lagi tanggal 20 November 2016, di jam yang sama